Minggu, 22 Maret 2015

Menulis Itu Suatu Ekspresi abadi, Seperti Sebuah Karya Seni







   Sepertinya saya harus mengucapkan syukur atas apa yang Allah SWT berikan kepada saya. Bukan karena telah menganugrahkan kedua buku di atas kepada saya, tetapi ini sungguh luar biasa nikmat darinya, karena kedua buku tersebut bercerita tentang ibu. Terbit di tahun yang berbeda, pertama saya tidak menyangka bisa menjadi kontributor menulis dari beratus-ratus orang yang ikut, ternyata saya masuk seleksi penulisan di Penerbit Diva Press pada tahun 2013. 

     Dari sana saya selalu berharap, bahwa saya bisa menerbitkan sebuah buku lagi tentang ibu dan selamanya akan begitu. Ternyata, di awal Januari 2015, saya masuk nominasi penerbiitan buku bertema Engkaulah Surgaku dari Penerbit Oksana. Saya merasa terkejut dan tak menyangka, jika hadiah dari tulisan saya sebelumnya akan kembali lagi di Tahun ini. Sungguh, Tuhan selalu berkonspirasi mewujudkan apa yang menjadi mimpi kita. Jika kita mau mewujudkannya dengan tidak pernah menyerah. 

    Saya selalu menganalogikan menulis itu sebagai suatu ekspresi abadi, seperti halnya karya seni. Why? Because all source of  idea. Ide bagi saya suatu yang abadi dalam peradaban manusia. Tuhan memberikan akal dan pikiran pada manusia yang sungguh luar biasa, Dia tidak akan pernah mati, hingga Tuhan berkata waktunya untuk pulang. Karena menulis bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan, selama itu benar dan tidak menyalahi aturan hidup. Menulis, membaca, dan mensketch akan selalu menjadi top list dalam hidup saya. Kepada kehidupan, terimakasih atas segala misterimu, telah aku curi segala yang ada padamu, maka terimalah segenap cintaku kepadamu, karena keindahan tak hanya tersentuh bahasa.



                                                                                                                          Regards





                                                                                                                      Rafidah Aprilia