Cerpen

"YOU"



Pernahkah kau membayangkan mengagumi seseorang yang sama sekali tidak mengenalmu? Seseorang yang berusaha kau lupakan, namun kau tidak bisa melupakannya. Dan pada akhirnya, usahamu selama itu akan sia-sia dan hilang ditelan waktu begitu saja. 

Seandainya, waktu itu kau bertemu denganku.
Seandainya, saat aku berkenalan dengan yang lainya kau melihatku. 
Dan, seandainya takdir mempertemukan kita berdua. Kau, akan menjadi segalanya bagiku.

Sang mentari memancarkan sinar yang sangat hangat, Aku berjalan disekitar kampus. Setiap orang berlalu lalang untuk melakukan aktivitas mereka. Terutama mahasiswa dan mahasiswi. Aku bergegas berjalan menuju jurusanku. Kata "ART" telah melekat didalam diriku. Meskipun, aku tidak pernah berpikir untuk masuk ke dalam jurusan itu. Di Sungkyunkwan University, aku mengawali masa kuliahku sebagai mahasiswi di sini. Ahh... rasanya aku tidak percaya jika aku mendapatkan jurusan Seni. Yah, benar! seni desain. 

Dikampus ini, tidak ada hal yang sepesial untukku. Apalagi pelajaran mendesain, butuh kesabaran yang kuat untuk belajar dibidang ini. Setelah cukup lama aku berjalan, akhirnya aku sampai diruang desain. Ada satu hal yang membuatku mampu bertahan didunia yang baru aku kenal ini, yaitu KAU.
Aku selalu menyebutnya KAU, karena sampai saat ini aku tidak pernah mengenal namanya. Dia adalah seseorang yang mampu menyihirku. Laki-laki yang pendiam, terlihat pintar, baik, dan suka tersenyum. Apa benar semua yang aku pikirkan tentangnya seperti itu? Atau, aku hanya sekedar menduga-duga? Sudah, aku tidak pernah memikirkan hal-hal buruk tentangnya, bagiku dia adalah orang yang sempurna. He's very perfect for Me!,,,

"Rachel?"

Suara seseorang mengagetkanku, dia menepuk pundak sebelah kiriku. Membuat aku tersadar dari hayalan yang sempurna tentangnya.

"Hey, Minah? Kau mengagetkanku saja." 

Aku menoleh ke arah Minah, lalu memberikan tatapan tajam kearahnya. Gadis asal Korea Selatan yang bisa berbicara bahasa indonesia itu tersenyum jahil ke arahku. Dia adalah satu-satunya teman yang dekat denganku. 

"Lagian, kamu bengong ajah sih. Mikirin Oppa yah?" candanya padaku. 

"Apaan sih Na." ucapku menyangkal semua dugaannya tentang apa yang aku pikirkan. Gadis satu ini memang selalu dapat membaca pikiranku. Akkkh,,, sial! "Oh ya, kamu sudah bikin desain tekstil Na?" tanyaku.

"Sudah, memangnya kamu belum Hel?" tanya Minah, yang duduk tepat disampingku.

"Sudah, aku ini kan anak desain babo, mana mungkin tidak mengerjakannya." ujarku sedikit kesal. 

Tiba-tiba gangsa datang dari arah pintu. Itu menandakan, jika pelajaran tekstil telah dimulai. Sudah cukup lama aku belajar bahasa Korea, karena syarat untuk masuk universitas dinegeri ini salah satunya harus bisa berbahasa Korea. Namun tetap saja, bahasa korea menjadi bahasa yang rumit untukku. Aku membuka hasil karya desain tekstilku pada gangsa, ia melihat semua tugas mahasiswa/i. Dan di Universitas ini, setiap mahasiswa/i dituntut untuk praktek langsung. Wajar saja, disini ruangan sangat luas. Ada tempat praktek dan segala hal yang berhubungan dengan kata "Desain". 

***
Setiap hari, setiap waktu, bahkan setiap detik. Aku selalu melihat "KAU",  dia menjadi senior favoritku. Menurutku, dia adalah sosok laki-laki yang berbeda dari anak desain lainnya. Tidak terlihat maskulin, seperti laki-laki dijurusanku. Hmm... rasanya sangat senang jika harus melihat wajahnya setiap hari.

Sudah berapa hari ini aku mencari tahu nama laki-laki itu. Namun, tidak juga aku temukan. Sampai akhirnya, Minah selalu membantuku mencari tahu namanya. Memang, laki-laki pendiam seperti dia sangat sulit untuk dikenali. Aku menyukai seseorang yang misterius. Sangat misterius!

Setiap aku berhadapan dengannya dijalan. Aku memiliki perasaan yang berbeda. Hatiku seperti sedang melihat sesuatu yang indah. Aku pikir, laki-laki sependiam "KAU" tidak akan memiliki seorang wanita yang berarti baginya. Karena setiap hari, aku melihatnya bersama dengan teman-teman laki-laki "KAU" yang sama coolnya dengannya . 

KAU, Apakah tidak pernah sedikit saja mengerti rasa ini?
Seandainya aku bisa membaca pikiranmu,
Aku akan tahu, apakah "KAU" memiliki rasa yang sama denganku?
Kenapa "KAU" selalu membuatku seperti orang tanpa arah?
Saat aku melihat "KAU", hatiku seperti menggebu, seperti gumpalan awan yang hendak membentuk kristal-kristal hujan yang cair. Mengalir dengan apa adanya. "KAU" aku harap kata itu akan menjadi "KITA"

Aku menulis lembar demi lembar catatanku dengan kata-kata yang menurutku sangat indah. Bagiku, untuk menulis kata-kata indah tidak perlu menjadi sastrawan. Cukup melihatnya saja, aku sudah mampu membuat kata-kata itu.

***
Sore itu, aku duduk disebuah bangku taman  yang mulai sepi. Membaca selembar demi lembar novel favoritku. Saat itu daun-daun yang berguguran setia menemaniku membaca. Aku menyukai banyak buku, terutama novel-novel karya pengarang favoritku. Termasuk pengarang-pengarang dari Korea Selatan. Genre novel yang biasa ku baca adalah Romance. Aku menyukai genre novel tersebut, sampai aku membeli beberapa buku bergenre tersebut. Tapi, aku tidak suka sebuah pengkhianatan. Bagiku, pengkhianatan sangat menyakitkan. Lebih dari sekedar pisau yang menyayatmu tajam dan kejam. Sungguh tidak sabar mendengar Minah datang padaku, membawa berita tentangnya. 

Aku menjatuhkan novel yang sedang aku pegang. Hatiku tiba-tiba terasa beku, bahkan sudah sangat mengeras. Harapanku terasa sirna, ketika melihat sosok laki-laki yang selama ini aku kagumi sedang mencium kening seorang wanita. Wanita yang selama ini aku kenal, Minah. Dia bersama dengan laki-laki yang ku sebut "KAU". Tubuhku terasa dihempaskan jauh dari atas langit ke bumi. Aku tidak menyangka, gadis yang selama ini selalu membantuku, membuatku tertawa, tersenyum, bahkan disaat aku terluka selalu hadir. Dialah yang justru membuat goresan menyakitkan dihatiku. Aku mulai menyadari, "Tak selamanya teman terbaik, bahkan yang kau anggap shabat selalu membuatmu tersenyum. Karena sesungguhnya, tidak ada sahabat sejati didunia ini. Yang ada hanya teman dan sebuah pengkhianatan." 

Kalimat dalam novel itu menyentakkanku, kalimat itu menyadarkanku dari hal yang sia-sia. Hal yang selama ini aku korbankan, bahkan aku lakukan untuknya. Aku sadar, selama ini aku hidup dalam bayangan skenario. Berusaha mendapatkan, tapi justru membuatku tersakiti. 

Aku menangis tak percaya. Seseorang yang selama ini ku anggap sebagai jalan untuk mendapatkannya, justru menusukku secara perlahan.

"Ketika cinta itu berakhir, kau tidak perlu melupakannya. Semakin kau melupakan cinta yang penuh dengan pengkhianatan, semakin kau terluka. Cukup merelakannya pergi."

By. Rafidah Aprilia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar