Rabu, 13 Agustus 2014

Aku di antara Seribu Duri


            Aku seperti bunga yang hidup dalam seribu duri. Aku, dia, dan dia hidup dalam satu darah dan rumah yang sama. Rumah itu aku sebut rahim ibu. Tetapi, aku, dia, dan dia masing-masing memiliki visi dan misi yang berbeda. Aku terakhir dari yang terakhir dalam keluarga. Aku selalu berharap mendapat kasih sayang dari mereka. Mungkin, sama seperti kau yang membutuhkan kasih sayang dari seorang kakak. Terlebih lagi kakak laki-laki. Kau mungkin berpikir aku hidup dalam kesempurnaan sebagai terakhir dari yang terakhir. Namun, anggapan itu sangat salah. Bahkan aku hampir tak mau jadi yang terakhir.
            Duri itu sejak dulu selalu tumbuh pada dua bunga mawar merah yang kembar. Awalnya sangat kecil. Akan tetapi, lama-lama duri itu tumbuh menjadi besar dan tinggi. Menyelimuti dua mawar merah yang kembar. Seolah ia mampu melindungi dua mawar merah itu dari segala macam bahaya. Mampu memberikan kehidupan dan kedamaian dalam keluarga. Tidak! Itu semua bohong! Jeritanku tak berarti apa-apa. Hening, hening seketika. Jeritanku seperti gumaman yang tak berarti apa-apa. Seperti isakan tangis yang terkalahkan oleh derasnya air hujan.
            Dua mawar kembar, selalu sabar dan menganggap duri itu tak berarti apa-apa jika ingin menyakitinya. Tak ada kata menyerah bagi duri untuk memerintah, memerintah, dan memerintah. Ia selalu ingin tahu dan ikut dalam masalah kedua mawar kembar. Saat kedua mawar kembar, ingin pulang. Pulang menemui kesayangannya. Berkisah dan berbagi dalam keceriaan. Sayang, hari ini kesayangan itu juga sudah membuat kedua mawar merah kembar kecewa. Aku sebagai yang terakhir dari yang terakhir, membesarkan hati mawar merah yang selalu malu-malu seperti putri malu. 


            Saat hujan turun, ingin aku tenggelam bersamanya. Menekuk lutut dan membenamkan wajah diantaranya. Berbisik pada pelangi, yang selalu tiba saat hujan reda. Aku percaya, duri itu akan jatuh ke dalam tanah yang lumut. Menyerah akan tindakannya saat itu. Yang aku harapkan saat ini, kedua mawar kembar selalu bersama, menuju harapan dan tujuan yang indah pada waktunya. Hidup dalam kedamaian dan tak pernah membenci. Karena membenci akan selalu membuatmu kesepian dan tak akan pernah puas untuk melihat nikmat-Nya. Nikmat Tuhan yang telah dihidupkan pada masing-masing kehidupan manusia. Untuk kesayangan mereka, aku harap mereka baik-baik saja. Tuhan akan selalu menjaganya. Cinta-Nya sangat besar kepada kesayangan. Heaven will not be established for people who hate.

Author             : Rafidah Aprilia
Picture source : Nurulazwaddy

 
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar