Aku seperti bunga yang hidup dalam seribu
duri. Aku, dia, dan dia hidup dalam satu darah dan rumah yang sama. Rumah itu
aku sebut rahim ibu. Tetapi, aku, dia, dan dia masing-masing memiliki visi dan
misi yang berbeda. Aku terakhir dari yang terakhir dalam keluarga. Aku selalu
berharap mendapat kasih sayang dari mereka. Mungkin, sama seperti kau yang
membutuhkan kasih sayang dari seorang kakak. Terlebih lagi kakak laki-laki. Kau
mungkin berpikir aku hidup dalam kesempurnaan sebagai terakhir dari yang
terakhir. Namun, anggapan itu sangat salah. Bahkan aku hampir tak mau jadi yang
terakhir.
Duri itu sejak dulu selalu tumbuh
pada dua bunga mawar merah yang kembar. Awalnya sangat kecil. Akan tetapi,
lama-lama duri itu tumbuh menjadi besar dan tinggi. Menyelimuti dua mawar merah
yang kembar. Seolah ia mampu melindungi dua mawar merah itu dari segala macam
bahaya. Mampu memberikan kehidupan dan kedamaian dalam keluarga. Tidak! Itu
semua bohong! Jeritanku tak berarti apa-apa. Hening, hening seketika. Jeritanku
seperti gumaman yang tak berarti apa-apa. Seperti isakan tangis yang terkalahkan
oleh derasnya air hujan.
Dua mawar kembar, selalu sabar dan
menganggap duri itu tak berarti apa-apa jika ingin menyakitinya. Tak ada kata
menyerah bagi duri untuk memerintah, memerintah, dan memerintah. Ia selalu
ingin tahu dan ikut dalam masalah kedua mawar kembar. Saat kedua mawar kembar,
ingin pulang. Pulang menemui kesayangannya. Berkisah dan berbagi dalam
keceriaan. Sayang, hari ini kesayangan itu juga sudah membuat kedua mawar merah
kembar kecewa. Aku sebagai yang terakhir dari yang terakhir, membesarkan hati
mawar merah yang selalu malu-malu seperti putri malu.
Saat hujan turun, ingin aku
tenggelam bersamanya. Menekuk lutut dan membenamkan wajah diantaranya. Berbisik
pada pelangi, yang selalu tiba saat hujan reda. Aku percaya, duri itu akan
jatuh ke dalam tanah yang lumut. Menyerah akan tindakannya saat itu. Yang aku
harapkan saat ini, kedua mawar kembar selalu bersama, menuju harapan dan tujuan
yang indah pada waktunya. Hidup dalam kedamaian dan tak pernah membenci. Karena
membenci akan selalu membuatmu kesepian dan tak akan pernah puas untuk melihat
nikmat-Nya. Nikmat Tuhan yang telah dihidupkan pada masing-masing kehidupan
manusia. Untuk kesayangan mereka, aku harap mereka baik-baik saja. Tuhan akan
selalu menjaganya. Cinta-Nya sangat besar kepada kesayangan. Heaven will not be established for people who hate.
Author : Rafidah Aprilia
Picture source : Nurulazwaddy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar